
Transisi energi melalui cofiring biomassa diklaim oleh Pemerintah Indonesia sebagai salah satu solusi menguraenergi fosil menuju energi terbarukan merupakan upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Pemerintah merencanakan melakukan bauran biomassa pada 52 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di seluruh Indonesia. Hingga tahun 2025, pemerintah menargetkan penggunaan energi terbarukan sebesar 23 persen. Tahun 2023, penggunaan energi terbarukan telah dilakukan pada 43 PLTU dan konon telah mengurangi emisi karbon sebesar 1,1 juta ton.
Sumber energi biomassa salah satunya diperoleh dari biomassa hutan dengan pengembangan Hutan Tanaman Energi (HTE). Salah satu HTE tersebut berada di areal Perum Perhutani di Jawa. Kebutuhan bahan baku cofiring untuk PLTU Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Jawa sebesar 5,3 juta ton/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, PLN menjalin kerjasama dengan Perhutani untuk pengembangan HTE. Dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) tahun 2020-2024, Perhutani mentargetkan lima puluh tujuh ribu hektar pembangunan HTE jenis tanaman Gamal (Glicidia sepium) dan Kaliandra (Calliandra calothyrsus).
Kajian Trend Asia tahun 2022 menunjukkan bahwa penggunaan energi terbarukan justru telah menimbulkan emisi karbon mulai dari hulu hingga hilir, bahkan lebih besar dari emisi yang ditimbulkan dari pembakaran batubara.
Terkesan nol emisi, karena deforestasi akibat pembukaan hutan tanaman energi serta emisi dari pembakaran biomassa tidak diperhitungkan dalam kalkulasi emisi sektor energi. Forest Watch Indonesia (FWI) memproyeksikan deforestasi hutan alam akibat transisi energi ini mencapai 4,65 juta hektar.Trend Asia (2023) menghitung jumlah emisi karbon dari cofiring biomassa tiap tahun sebesar 26,48 juta ton CO2.
Sehingga, menurut masyarakat sipil, klaim cofiring biomassa PLTU mengurangi emisi karbon tidaklah terbukti. Sementara itu, klaim lain terkait mendorong ekonomi kerakyatan melalui partisipasi dalam rantai pasok biomassa dan pemanfaatan lahan kritis, perlu diuji ulang melalui verifikasi lapangan. Guna melengkapi pengujian lapangan tersebut, kami melakukan pemantauan lapangan di Jawa Timur mulai dari hulu (hutan) hingga hilir (industri, eksportir, dan PLTU).
Setelah melakukan analisis sumber sekunder, kami turun ke lapangan untuk melakukan wawancara dengan pengamatan pada HTE di Perhutani KPH Saradan dan Padangan, Eksportir woodpellet, dan PLTU Paiton pada Desember 2023 hingga Februari 2024. Dalam pemantauan lapangan, strategi yang dilakukan yaitu cover dalam arti melakukan penyamaran mengingat untuk mengantisioasi resistensi terutama dari petugas Perhutani serta karyawan perusahaan di PLTU Paiton dan Eksportir.
Hasil pemantauan selengkapnya bisa di download disini:
(PPLH Mangkubumi/ Trend Asia)